Dua hari belakangan ini, berita di Kompas Yogyakarta membahas tentang rencana penutupan Jl. Kaliurang oleh UGM, mulai dari perempatan Mirota Kampus sampai dengan perempatan MM (Selokan Mataram). Alasan yang dikemukakan oleh pihak UGM adalah untuk melindungi sivitas akademika terkait dengan frekuensi kecelakaan yang cukup tinggi, terjadi di sekitar wilayah tersebut (Kompas, 23 Agustus 2007). Untuk ke depannya, menurut Rektor UGM Sudjarwadi, kalau jalan Kaliurang tersebut sudah ditutup akan dibuat rimbun dengan pohon2 yang teduh (kompas, 22 Agustus 2007). Alasan lain yang dikemukan oleh Kepala Satuan Keamanan Kampus UGM-R. Deda Suwandi-dalam Kompas 23 Agustus 2007 adalah bahwa jalan tersebut menjadi jalur bolak-balik dosen sharing antar kampus, sehingga frekuensi lintas menjadi tinggi.
Alternatif yang kemudian diajukan yaitu:
- Ke Barat, pengguna jalan akan melewati Jl. Teknika Utara, lalu belok ke Jl. Dr. Sardjito. Sampai di Fakultas kedokteran giggi, pengendara harus bellok kanan memasuki lingkungan perumahan dosen Sekip II. tembus ke Blimbingsari, Terban, 50 meter arah barat Mirota Kampus. Di pertigaan ini, penguna jalan bebas untuk memilih jalan yang ingin dilewati. pengguna jalu r barat ini juga bisa mencapai jalan Monjali, yaitu tidak belok ke ja;lan Dr. Sardjito tapi tetap terus melewati Selokan Mataram Pogung, dengan kondisi jalan yang sempit dan tanpa simpadan jalan karena semua membangun ruang usaha yang mepet dengan jalan, karena awalnya jalan tersebut merupakan jalan kampung.
- Ke Timur, dari perempatan MM kekiri, melewari kampus Pertanian, kemudian terus sampe ke Jl. Gejayan.
Isu yang timbul dari penutupan jalan tersebut adalah bahwa UGM sengaja menutup Jl. Kaliurang karena hendak menyelamatkan Gama Book Plaza yang notabete tidak mengikuti batas simpadan jalan yang berlaku di jalan tersebut, (JL. Kaliurang merupakan jalan provinsi- menurut aturan harus dibongkar) juga jumlah lantai bangunan yang melebihi jumlah lantai Graha Sabha Pramana (v ga tau pasti ada aturan ini atau tidak).
Entah apa akhirnya kasus ini, yang pasti komentar2 yang beredar di masyarakat adalah "bukannya berusaha menyelesaikan masalah, tapi UGM malah menjadi pencipta masalah baru di Yogyakarta."
0 komentar:
Posting Komentar