CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, 23 Januari 2008

Sisi lain Kampus Biru

Sebelumnya, maap aje ye kalo ada yang tersinggung, tulisan ini v buat untuk kritik terhadap ugm. Soalnya banyak kebijakan2 ugm yang menurut v aneh, ga pada tempatnya. menurut v siy, ugm ngerasa punya "kerajaan kecil" dalam kerajaan (mataram-yogyakarta), jadi dengan seenaknya aja membuat kebijakan, dan seringkali cuma retorika (cieee bahasa v ga kuaaaat hehehe)

Pertama, beberapa minggu yang lalu v n bayu olah raga di graha sabha permana atau biasanya lebih di kenal dengan gsp. semenjak tahun '99 v taunya kalo gsp ini tiap sore n pagi, apalagi hari minggu, digunakan sebagai public space, berbagai kalangan datang kesana untuk olah raga, entah jogging atau jalan santai, karena lokasinya lumayan luas, atau main badminton, ada juga yang latihan free style soccer, v sendiri juga pernah latihan disana, ataupun cuma buat cuci mata, ngeliat cowo yang luttu dsb dsb. Berbagai kalangan, tua, muda, v sering liat satu keluarga berolah raga disana, si anak maen sepeda, orang tuanya lari, atau apunlah aktivitasnya. Tiba2 beberapa minggu yang lalu waktu v n bayu pagi2 olah raga disana, apa yang dilakukan oleh ugm? liat foto dibawah ini ya...


Buat apa coba palang kaya gitu dipasang di tengah2 tempat yang semula digunakan sebagai lintasan lari oleh orang2, apa ugm dengan baik hati memasang palang itu untuk latihan palang lintang? ga mungkin banget. secara otomatis v mikir kalo palang ini dibuat biar orang2 ga nyaman lagi berolah raga disana, tidak menggunakannya sebagai lintasan lari lagi, jadi gsp ga lagi bisa difungsikan masyarakat sebagai public space. Apa yang terlintas dalam pikiran orang2 lainnya ya?

Dulu lapangan gsp hari minggu biasa digunakan untuk senam pagi, v ga tau sejak kapan mulai ada senam pagi di gsp tapi tahun '99 kebiasaan itu udah ada. senam pagi biasanya dimulai dengan senam jantung sehat, lalu aerobik dengan instruktur senamnya berasal dari salah satu fitness centre yang terkenal di jogja, plus sponsor biasanya dari minuman suplement. Nah, tiga atau empat tahun belakangan ini senam dihentikan. gosip yang beredar ugm ga mau rumput gsp rusak karena aktivitas yang dilakukan dilapangannya. pikiran yang menurut v sangat sempit. Karena toh rumput2 itu sejauh pengamatan v ga pernah dirawat. banyak rumput liarnya dari pada rumput bagusnya.

Kedua, ini v dapet dari temen kos v, anak ekonomi lulusan d3 uii yang mencoba masuk S1 ekstensi ugm. Orang tua mana yang ga pengen anaknya lulus dari salah satu universitas yang tua di indonesia, orang tua v salah satunya n orang tua anggi (temen kost v). fakultas ekonomika n bisnis ugm menetapkan agar bisa masuk s1 ekstensi mahasiswa dengan jurusan yang berbeda harus ikut matrikulasi dengan biaya kurang lebih 8 juta, karena dulu anggi di uii memilih jurusan ekonomi perbankan, maka dia harus ikut matrikulasi. beberapa mata kuliah yang dulu di dapat di uii tidak diakui oleh ugm, v ga jelas alasannya apa, anggi juga ga cerita detil. setelah matrikulasi selesai, anggi n teman2 sekelasnya mendaftar untuk masuk kuliah, ternyata kursi yang disediakan cuma 30, sementara yang mendaftar 490 orang termasuk anggi n teman2nya. mahasiswa yang ikut matrikulasi harus mengikuti ujian tertulis lagi dan dari kelasnya anggi cuma lulus dua orang saja. Dua orang??? Bagaimana dengan yang lain, yang sudah mengeluarkan uang kurang lebih 8 juta untuk matrikulasi itu? sia2 dong uangnya? waktunya? tentu saja. ugm punya jalan keluar ga untuk itu? tentu saja tidak, seperti biasa hehehe Dari cerita anggi, ada temennya yang kerja di salah satu bank di jkt, demi masuk s1 ekonomi di ugm, resign dari pekerjaannya tapi setelah matrikulasi ternyata ga lulus. ada lagi temannya yang kerja si perush asuransi dapat bantuan 10juta dari perushnya, n kalo bisa masuk ugm, uang 10 juta tsb ga perlu di kembalikan, ndilalah dia ga lulus tes masuknya, berarti dia harus mengembalikan duit itu ke perusahaannya kan? Lalu gunanya matrikulasi itu sendiri untuk apa? kalo tidak menjamin mahasiswa yang ikut matrikulasi masuk ke s1 tersebut? Apa cuma sebagai suatu unit bisnis yang sengaja dibentuk untuk meraup keuntungan dari calon mahasiswa yang ingin kuliah disana? v ga habis pikir lho, anggi sendiri akhirnya mencoba masuk s1 ekstensi uii, bagaimana dengan yang lain? anggi beruntung, orang tuanya mampu, uang 8 juta masih bisa dicari dengan mudah, bagaimana dengan yang lain, yang uangnya udah habis untuk matrikulasi yang ternyata sia2, uang 8 juta itu bisa digunakan untuk masuk ke universitas lainkan?

Masih banyak siy, kebijakan2 yang jadi tanda tanya di benak v, tapi itu buat tulisan v selanjutnya hehehe pertanyaan v, buat apa satu instutusi dikelola oleh orang2 pinter, kalo kebijakannya seperti itu? yang ga sekolah pun bisa berpikir untuk membuat kebijakan yang nyeleneh, aneh. Apa mau institusi sekelas kampus biru dipimpin oleh orang2 dengan pola pikir yang mungkin sempit kaya tukang becak atau bibi2 jamu? bagi mereka yang penting uang masuk, bisa memenuhi kebutuhan pokok, udah alhamdulillah, urusan lainnya belakangan. Tukang becak n bibi2 jamupun mungkin jauh lebih jujur dan arif dari pada mereka, ya ga?

0 komentar: